Rabu, 10 April 2013

tarian incling jawa tengah


Menurut sesepuh grup incling di Plaosan, Desa Hargotirto Saparjo Tani (90), nama incling lahir karena suara klinting yang terdengar ‘kemrincing’ setiap penari menggerak-gerakkan kendali kuda lumping. Namun ia tak ingat lahirnya kesenian incling di wilayahnya. Secara spiritual, nama Tarian Incling Jawa Tengah dimaknai mendalam menjadi Pancasilane Jagad Gumelare Manungso.
Sekitar 1970-an di wilayah Plaosan, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap terdapat grup kesenian incling yang cukup terkenal. Di masa kejayaannya, sering diminta pentas orang punya hajatan, dan acara-acara resmi di lingkungan pemerintahan. Begitu terkenalnya grup kesenian tersebut, lantunan parikan ‘Inclinge Hargotirto, Pimpinane Bapak Parjo’ melekat di hati masyarakat.
Pengamat seni yang sekaligus pelaku seni kesenian tradisional Kulonprogo, Drs Sugiyanto mengakui, incling menjadi salah satu kesenian tradisional lokal Kulonprogo yang tidak dijumpai di daerah lain. Grup kesenian incling diketahui pertama kali berdiri di wilayah Plaosan, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap yang disepuhi Saparjo Tani dan di wilayah Bayeman, Desa Temon Kulon, Kecamatan Temon yang mementaskan dengan gaya tersendiri dengan penari yang menggunakan kuda lumping, posisi kepala kuda menengadah ke atas.
“Incling tersebut pernah diteliti dan diseminarkan. Grup kesenian Tarian Incling Jawa Tengah di Bayeman berdiri lebih dulu. Grup incling di Hargotirto, berdiri sekitar tahun 1950-an. Perbedaan incling yang ada di Hargotirto sangat disakralkan, sebelum dipentaskan biasanya melalui proses spiritual,” jelas Sugiyanto.
Incling di Kulonprogo berbeda dengan Tarian Incling Jawa Tengah yang diciptakan almarhum Bagong Kussudiardjo, baik dalam bentuk, napas, kostum penari dan cara penyajiannya.
Kepala Seksi Adat dan Kesenian Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudpar Pora) Kulonprogo Drs R Yudono Hindri Atmoko mengatakan, hingga saat ini ada sekitar 25 grup kesenian incling. q-k
“Upaya pelestarian grup incling harus mengikuti keinginan masyarakat dengan berusaha tidak meninggalkan ciri khas kesenian yang hanya ada di Kulonprogo ini. Upaya lain selalu melibatkan grup-grup untuk pentas,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar